Solar Park |
*Investasi Senilai Rp 120 M
BANDA ACEH - Di Kota Sabang
akan dibangun pabrik komponen solar cell (listrik tenaga surya) untuk
dipasarkan di Aceh dan wilayah Indonesia lainnya. Untuk mewujudkannya,
Senin (26/11) kemarin ditandatangani naskah kerja sama investasi di
bidang itu antara Han Seung Sik, Direktur Edu Mirae Energy Co Ltd
(perusahaan solar cell dari Korea) dengan Kepala Badan Pengusahaan
Kawasan Sabang (BPKS), Fauzi Husin.
Penandatangan kerja sama
investasi tersebut disaksikan Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah, di ruang
rapat gubernur, di Banda Aceh, kemarin. Ketua BPKS Fauzi Husin
didampingi wakilnya, Irwan Faisal dan Deputi Pengawasan, Muhammad,
kepada wartawan mengatakan, penandatanganan naskah kerja sama dengan
perusahaan dari Korea itu merupakan kerja sama investasi pertama,
setelah ia dilantik Gubernur Aceh menjadi Kepala BPKS pada Kamis (22/11)
lalu.
Kerja sama dengan perusahaan
dari Korea ini, menurut Fauzi Husin, merupakan langkah awal yang baik
bagi BPKS untuk menarik investor berikutnya dari Korea maupun dari
negara-negara lain untuk masuk ke Sabang.
Kerja sama investasi yang
dilakukan BPKS dengan perusahaan solar cell dari Korea itu, kata Fauzi
Husin, merupakan kerja sama serius yang realisasi rencana investasinya
akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
photo:seputaraceh |
Keseriusan itu, kata Fauzi Husin, antara lain, terlihat pada waktu BPKS mengajukan persyaratan agar perusahaan yang melakukan kerja sama dengan BPKS memberikan dana jaminan investasi sebagai tanda komitmennya. “Ternyata mereka memenuhinya dan telah mentransfer ke rekening uang sebesar Rp 2 miliar,” ujar Fauzi Husin.
Setelah mereka setorkan dana
jaminan investasi itu, perusahaan Korea tersebut pun mengajukan
persyaratan kepada BPKS. Yakni, BPKS harus menyediakan lahan, listrik,
air, dan lainnya, serta mengurus semua izin yang dibutuhkan untuk
memproduksi solar cell di Sabang.
Persyaratan yang disampaikan
perusahaan Korea sudah dipenuhi BPKS. Tim Edu Mirae Energy Co Ltd bahwa
sudah dibawa ke Sabang untuk melihat lokasi pendirian pabrik perakitan
solar cell dimaksud.
Kerja sama BPKS dengan Edu Mirae
Energy ini, kata Fauzi Husin, akan melahirkan sebuah perusahaan yang
diberi nama PT Sabang Mirae Energy. Perusahaan ini yang akan
mengoperasionalkan semua kegiatan investasi yang akan dilaksanakan di
Sabang, termasuk pemasaran produknya ke seluruh Aceh dan wilayah
Indonesia lainnya.
Direktur Edu Mirae Energy Co Ltd
kepada BPKS mengatakan, untuk pembangunan konstruksi pabrik solar
cell-nya di Sabang, akan dimulai awal Januari 2013. Nilai investasi yang
akan ditanamkan mencapai 12,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 120 miliar.
Penandatanganan pembangunan Industri Solar Cell Senin (26/11) |
Gubernur Aceh, dr
Zaini Abdullah dalam kata pengarahannya mengatakan, kerja sama BPKS
dengan Edu Mirae Energy merupakan awal kegiatan manajemen BPKS yang baru
untuk menarik investor lainnya masuk ke Sabang.
Setelah ada perusahaan asing
yang bersedia masuk ke Sabang, kata Zaini Abdullah, maka menjadi tugas
bersama untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada investor asing itu
dalam mengoperasikan kegiatan investasinya di Sabang.
Manajemen BPKS yang baru,
diminta gubernur melayani investor dari Korea ini dengan cara yang
profesional, sehingga ia puas dan akan mengajak perusahaan lain dari
Korea untuk masuk membangun berbagai pabrik ikutan lainnya di Sabang
atau di Kawasan Industri Aceh (KIA) di Ladong, Aceh Besar.
Sejauh ini, sejumlah listrik
tenaga surya sudah menerangi kawasan Banda Aceh dan Aceh Besar pada
malam hari. Namun, puluhan baterai listrik tenaga surya di kawasan
Seulawah, Aceh Besar, dicuri tangan-tangan usil. Akibatnya, saat ini
banyak listrik tenaga surya di kawasan itu yang tidak berfungsi malam
hari.
Menurut Wakil Ketua Badan
Pelaksana Kapet Bandar Aceh Darussalam, Mustafa Hasjbullah, ada
perusahaan dari Korea berminat membangun pabrik baterai di Kawasan
Industri Aceh (KIA) di Ladong. Pabrik baterai yang akan dibangunnya itu
untuk mendukung pabrik solar cell yang akan dibangun di Sabang.
Investor dari Korea itu, kata
Mustafa, sangat tertarik dengan lokasi kawasan industri di Sabang dan di
Ladong, karena letaknya sangat strategis, berhadapan langsung dengan
Samudera Hidia.
Letak Aceh yang berada di posisi
ujung Pulau Sumatera, mereka nilai sebagai letak yang sangat strategis
untuk memproduksi barang-barang yang akan dipasarkan ke negara-negara
Asia Selatan, seperti India, Arab, Thailand, Malaysia, Myanmar, Laos,
Vietnam, dan lainnya. Sebab, analisis ekonominya, kata Mustafa, biaya
transportasi pemasaran hasil produksi dari Ladong dan Sabang ke
negara-negara Asia Selatan itu jadi lebih hemat.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam. Terima Kasih.