
Hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei asal Inggris, Legatum menyebutkan bahwa di Asia Pasifik tingkat kemakmuran Indonesia naik 7 level dibandingkan tahun lalu, mengalahkan India yang berada di posisi 101. Kini, Indonesia di posisi 63.
Menurut laporan lembaga survei asal Inggris tersebut, dibandingkan negara-negara lain di dunia, Indonesia dianggap lebih makmur dibandingkan Rusia, Turki, Mesir, dan Venezuela. Sayangnya, Indonesia masih juga kalah dengan Malaysia yang berada di posisi 45, Vietnam yang berada di posisi 53, Thailand di posisi 56, dan Singapura di nomor 19.
Riset tersebut mengukur kemakmuran suatu negara melalui delapan indikator. Di antaranya adalah ekonomi, kesempatan berwirausaha, kepemerintahan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan kenyamanan, kebebasan individu, dan modal sosial.
Kebangkitan ekonomi Malaysia terjadi ketika Mahathir Muhammad naik tahta memegang tampuk kekuasaan Malaysia, terutama saat badai krisis menerpa Asia, membuat para warganya di atas angin, apalagi saat melihat Indonesia susah payah mengatasi krisis.
Hubungan Malaysia dan Indonesia pernah sangat mesra dan intim saat Mahathir Muhammad memegang tampuk kekuasaan. Dia menjalin persahabatan dengan mantan Presiden Soeharto. Soeharto memang menanda tangani konferensi perjanjian damai untuk menyelesaikan konflik, diselenggarakan di Ibu Kota Bangkok, thailand, pada 1966.
Hubungan mesra itu pernah terjalin di dua pemerintahan sebelumnya, yakni saat Perdana Menteri Tun Abdul Razak dan Tun Husein On. Namun Malaysia mengalami kebangkitan ekonomi ketika Mahathir naik tahta dan ini diakuinya salah satu efek manis bersahabat dengan Indonesia.
Menurut Musni Umar, Pakar Hubungan Indonesia-Malaysia, mengatakan generasi baru lahir di Malaysia, secara psikologis melihat Indonesia dibawah Malaysia. Setiap hari pula mereka melihat para Tenaga Kerja Indonesia menata Rumah Tangga, buruh bangunan, buruh perkebunan kelapa sawit, dan buruh di industri (kilang). Orang negara ini mengisi ruang-ruang pekerja kelas rendah di Negeri Jiran.
Sementara sebagian masyarakat Indonesia masih bernostagia hubungan kedua negara pada masa pemerintahan Presiden Soeharto dan Tun Abdul Razak, sehingga perubahan terjadi sulit dipahami apalagi diterima.
Konflik budaya kian menambah runyam hubungan negara yang sudah rapuh. Umar menyatakan, Malaysia dan Indonesia tidak benar-benar bisa berbaikan dan mesra atas nama masa lalu. Hubungan ini bagai bom waktu. Sedikit saja dipicu, bisa meledak dan mengganggu bilateral keduanya.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam. Terima Kasih.